Kuharap Ini Tak Berakhir
Kuharap Ini Tak Berakhir
Terima kasih kepada Cerita Kita untuk berkenan menampilkan ceritaku ini, cerita ini merupakan sesuatu yang pernah ada dalam hidupku dan kuharapkan bisa kembali lagi suatu hari nanti. Cerita ini kupersembahkan kepada orang yang sangat kucintai namun sekarang tinggal berjauhan denganku.
*****
Inilah ceritanya, Seperti biasa pagi itu terasa begitu cepat datang, rasanya aku masih sangat betah dengan tempat tidur empuk ini tapi apapun yang ada dipikiranku aku akhirnya harus bangkit juga dari tempat tidur ini, jam sudah menunjukan pukul 5.45, aku harus bangun cepat karena takut terlambat sampai ketempat kerjaku di sebuah Bank Swasta di kota Makassar. Namaku rifki saat ini aku 23 tahun, saya anak lelaki biasa namun satu hal yang kurasa berbeda dan sedikit membuatku tidak terlalu nyaman adalah. Sudah lama aku menyadari akan ketertarikanku terhadap sejenis namun hal itu berusaha kututup-tutupi bahkan aku sangat munafik pada diriku sendiri akan hal ini, namun akhirnya entah karena apa atau mungkin karena aku sendiri yang sudah tidak tahan terus berpura-pura pada diriku sendiri, aku memberanikan diri untuk memulai hal ini.
Ini dimulai sejak sekitar 2 tahun yang lalu di tempat PKL ku, yang sekarang sudah menjadi tempat dimana saya bekerja, saat itu aku dalam proses akhir penyelesaiaan pendidikan D3-ku di sebuah lembaga pendidikan yang cukup terkenal di kota ini aku mendapat pengalaman yang membuatku berpikir bahwa keadaanku yang selama ini tidak dapat kuterima itu ternyata sesuatu yang bisa kunikmati dan menjadi titik pijakan bagiku melepas rasa bersalah akan hal ini. Sekaligus memulai memasuki bentuk kehidupan dimana saya mestinya berada.
Hari itu hari Jumat merupakan hari kerja terakhir dan juga mencukupkan 2 minggu saya di Bank tersebut, saya berusaha bersikap sebaik mungkin kepada semua pegawai disitu maklum saya Cuma nebeng di tempat ini untuk keperluanku, sejak masuk 2 minggu lalu saya sudah di rolling ke 2 departeman dan semuanya cukup lancar saja. Sekarang saya di devisi Kredit Consumer, lumayan banyak pekerjaan khususnya di hari Jumat biasanya para karyawan disana kerja sampai malam.
Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam dan semua yang seharusnya kuselesaikan hari itu akhirnya selesai juga, memang anak magang tidak terlalu dipaksa untuk itu hanya karena merasa harus menyelesaikan dan itu dipercayakan pada saya maka saya harus juga.
“Dek sudah jam tujuh, kalau memang belum selesai bisa dilanjutin nanti aja, hari senin?” ucap Pak Rudi padaku, dan membuatku juga tersadar bahwa sekelilingku sudah mulai sepi, sudah banyak orang yang pulang dan tinggal beberapa orang diruangan itu, Pak Rudi adalah orang yang bertanggung jawab langsung untuk bidang yang kukerjakan. Dia yang memintaku mengerjakan pekerjaan yang sedang kukerjakan ini.
Cerita Gay http://ceritakita.hexat.com
“Sudah selesai ko, pak!” jawabku.
“Antar keruangan ya, saya juga sudah mau pulang nih?” pintanya.
Yang kukerjakan adalah file kredit jadi harus sangat hati-hati dan teliti penyimpanannya, Selesai mengisi blangko pemeriksaan saya membawa berkas-berkas tersebut keruangan Pak Rudi, saya mengetuk pintu.
“Masuk Rif!” jawabnya. Setelah masuk,
“Bawa sini!”
Dia meminta berkas itu, saya pun menyodorkannya dan dia langsung mengambilnya satu persatu dan meletakannya di rak-rak dalam lemari file, suasana malam ini agaknya berbeda dari biasanya saya agak lebih santai dan sepertinya dia juga. Biasanya kalau berhadapan dengan Pak Rudi saya sangat kaku karena mungkin penampilannya yang terlalu tenang dan kelihatan sekali kalau dia orang yang cerdas dan sangat di hormati bawahannya, namun secara diam-diam sejak saya pertama melihatnya dalam hatiku tersimpan kesan yang mendalam tentang pisik dan sikap orang ini, dia sangat tampan dan bentuk tubuh laki-laki yang proporsional dan menurutku cukup seksi, usianya sekitar 30-an walaupun kalau saya pikir dia masih terlalu muda.
“Rifki tinggal dimana?” dia menanyaiku sambil melanjutkan mengambil dan meletakkan file tersebut satu persatu sesuai dengan urutan tertentu.
“Di Jalan Raccing Centre pak!” jawabku.
“Lumayan jauh ya!”
“Iya Pak agak jauh tapi angkutan umum kesana lancar ko pak!” saya menjawab dengan spontan saja.
“Dengar-dengar katanya bapak orang baru ya di cabang ini?” entah karena apa saya mengeluarkan pertanyaan seperti itu tapi saya rasa bukan karena basa-basi tapi rasanya memang ada ketertarikan dalam diriku untuk tahu lebih banyak orang dihadapanku ini.
“Iya saya baru satu bulan disini, dan suasana disini cukup sesuai dengan harapan saya sebelumnya,” jawabnya.
“Saya permisi duluan ya! Pak!” ucapku sambil bersiap menginggalkan ruangan itu setelah selesai dengan urusan file tersebut. “Entar dulu dek, nanti kita pulang bareng aja, saya juga sudah mau pulang sekarang,” ucap Pak Rudi dan membuat saya menghentikan niat saya untuk pergi meninggalkan ruangan itu.
“Kalau memang rifki tidak ada keperluan lain diluar?” tawaran Pak Rudi padaku yang sama sekali tidak kuduga.
“Enggak ada ko, Pak!” jawabku menyetujui.
Selesai dengan itu kami akhirnya meninggalkan kantor yang sekarang mulai berangsur sepi, sekitar jam 7.50 dengan mobil Escudo Pak Rudi.
“Kita cari makan dulu baru pulang ya!” ucap Pak Rudi padaku, saya tidak menjawab pertanyaan itu tapi menunjukkan sikap menyetujui.
Entah kenapa dalam hatiku muncul suatu perasaan yang aneh terhadap Pak Rudi entah itu hasrat atau cuma pikiran ngelantur saja, saya mulai merasa bahwa ini bukanlah hal biasa, ini bukanlah acara pergi makan saja tapi sepertinya Pak Rudi juga agak memendam sesuatu karena sikapnya selama diperjalanan seolah-olah agak tegang dan sepertinya juga tidak sesantai tadi di kantor. Tapi saya berusaha menafikan suasana itu pikirku karena mungkin dia lelah saja.
“Bapak sebelumnya dari cabang mana?” tanyaku basa-basi mencoba membuka kebekuan suasana.
“Saya dari Surabaya, baru setahun bergabung dengan Bank ini!” jawabnya.
“Background pendidikan saya sebenarnya bukan Perbankan tapi Manajemen Pemasaran” lanjutnya lagi.
Pembicaraan kamipun akhirnya berlanjut sampai pembicaraan pribadi dan akhirnya saya tahu bahwa Pak Rudi belum bersitri, dia tinggal sendiri disini. Setelah selesai makan disebuah rumah makan sederhana di Pantai Losari dia mengajak jalan keliling melihat beberapa tempat yang ingin dilihatnya. Jam 10.00 malam kami pun pulang.
“Gimana kalau kamu singgah dirumah dulu, entar saya antarin pulang,” ucap Pak Rudi sambil terus melajukan mobilnya.
“Bisa khan?” tanyanya lagi.
“Ya, bisa ko pak,” jawabku
“Atau sekalian bermalam dirumah aja besok khan libur,” saya berusaha menolak ajakan itu karena mungkin basa-basi saja, pikirku dan juga sangat tidak lazim saya nginap dirumah orang yang belum lama saya kenal, tapi sepertinya dia agak maksa untuk itu, jadi saya terima saja.
Saya pun akhirnya dirumahnya. Rumahnya lumayan besar untuk orang yang tinggal sendiri, dan tidak ada pembantu. Dia memberi saya kaos dan celana pendek serta handuk dan meminta saya mandi di kamar mandi disebuah kamar, sepertinya itu kamar untuk tamu, Dan dia mandi di kamarnya. Selesai mandi dan ganti pakaian saya keruangan tamu duduk sambil nonton TV, dan beberapa saat kemudian dia keluar dengan mengenakan kaos dan celana pendek juga, dan luar biasa Pak Rudi malam ini luar biasa mengagumkan, seksi hanya itu yang muncul di dalam pikiran saya tapi saya berusaha menyebunyikan kekaguman saya terhadapnya, berusaha terus untuk pura-pura memperhatikan acara TV yang walaupun dalam hati saya lebih tertarik memandangi tubuh Pak Rudi yang Proporsional itu ditambah aroma segar maskulinnya semakin membuatku deg-degan. Tapi beberapa saat kemudian saya berhasil mengalihkan pikiran dan perhatianku dari hal itu karena kami mulai bercerita banyak hal yang cukup menarik. Terus terang malam itu hasratku yang selama ini kukekam untuk tidak menyukai laki-laki benar-benar teruji dan sepertinya tidak ada bagian dari pikiran saya yang tidak mengagumi Pak Rudi.
Jam sudah menunjukan pukul 11 malam. Kami nonton sambil terus saling bercerita.
“Sudah jam sebelas nih, kalau masih mau nonton di kamar aja ada TV ko, bisa nonton sambil tiduran” ucap Pak Rudi kemudian berjalan kepintu depan memastikan pintu sudah terkunci, “yuk!” ajaknya sambil dia mematikan TV.
Tanpa berkata apa-apa kami pun masuk kamar dan dia langsung tiduran di atas tempat tidur yang besar itu, TV-nya berada disebelah kiri tempat tidur tersebut, dia sengaja memilih tidur disebelah kanan agar saya bisa tetap nonton. Beberapa menit kemudian sepertinya dia sudah benar-benar tertidur. Tapi sekarang dalam pikiran saya benar-benar dipenuhi berbagai hal yang saling bercampur aduk, kekagumanku pada Pak Rudi secara pisik, dan semua hal yang melekat padanya, serta saya merasakan ini bukanlah ketertarikan biasa tapi benar-benar sebuah hasrat untuk bisa melakukan sesuatu yang khusus dengan orang ini.
Sekarang konsentrasiku pada acara TV tersebut buyar, saya lebih tertarik memandangi Pak Rudi yang sudah tertidur dengan terlentang disampingku, matanya yang terpejam membuatnya kelihatan makin seksi, bibir nya yang tipis dan bekas cukuran yang nampak mulai kasar nampak kontras dengan kulitnya yang putih membuat hasrat dalam diriku semakin menggebu, namun saya masih sangat takut, untuk hal-hal yang sekarang bersarang dalam pikiranku, ingin rasanya saya memeluknya, menciumnya dan mengulum bibir itu.
Saat itu saya berpikir jika memang Pak Rudi memiliki ketertarikan kepada saya mengapa dari tadi dia tidak berbuat apa-apa yang bisa membuat saya tahu akan hal itu, karena sejak dari kantor tadi sikapnya benar-benar masih dalam batasan yang wajar dan hal biasalah bagi 2 orang laki-laki tidur di satu tempat tidur, namun kemudian saya berpikir kenapa juga dia menawariku menginap di rumahnya dan sudah sebaik ini padaku apalagi sampai tidur sekamar dan seranjang dengannya. Saya berusaha untuk konsentrasi pada Acara TV yang kutonton dan memang agak bisa membuatku sedikit memalingkan pikiranku darinya. Namun saat acara tersebut berakhir dan saya berusaha tidur semua pikiran itu kembali, sengaja saya tidak mematikan lampu terang kamar tersebut karena takut akan melakukan sesuatu yang tidak-tidak pada Pak Rudi.
Saya berusaha tidur mungkin karena lelah sekali akhirnya saya bisa juga tertidur namun diluar dugaanku, rasanya sangat singkat sejak saya terlelap tadi saya merasakan berada dalam pelukan seseorang, dan saya juga merasakan tangan yang sedang meraba dada dan perutku, seperti mimpi namun saya langsung tersadar bahwa sekarang saya dirumah Pak Rudi dalam hati saya bertanya mungkinkah Pak Rudi.
Saya membuka mata berusaha merasakan suasana sekelilingku, lampu yang tadinya sangat terang sekarang menjadi sangat redup, tapi saya mulai sadar bahwa yang memelukku adalah Pak Rudi, hasratku langsung bangkit dan tanpa berkata apa-apa saya kemudian memegang tangan yang memelukku tadi seolah-olah menyetujui dan ingin lebih dari itu, saya memegangi tangan Pak Rudi yang berada di perutku dan menikmati saat ini, rasanya luar biasa berada dalam pelukan seorang laki-laki dewasa ganteng dan gagah serta sangat kukagumi seperti Pak Rudi. Yang selama ini hanyalah merupakan khayalanku semata. Beberapa saat saya masih menganggap itu hanyalah mimpi namun semakin lama rasanya semakin nyata.
Kemudian saya berbalik berhadapan dengannya berusaha memandangi wajahnya walaupun samar-samar saya melihatnya tersenyum kemudian, dia mendekatkan bibirnya pada bibirku dan langsung kubalas, kami berciuman, luar biasa ciuman yang benar-benar tidak akan pernah kulupakan. Terasa aneh merasakan ciuman seperti ini namun rasanya tetap saja luar biasa nikmat, lidahnya yang terus masuk dan sampai menyentuh lidahku, beberapa saat saya hanya terpaku dan menikmati apa yang dilakukan Pak Rudi dengan mulut dan bibirnya pada bibirku, namun mungkin karena hal seperti ini benar-benar merupakan insting dan hasrat sexual, jadi dalam beberapa menit saya langsung bisa membalas dan melakukan hal yang sama terhadap apa yang dilakukan Pak Rudi padaku, rasanya itu merupakan dorongan dalam diriku untuk melakukan sesuatu itu.
Menit-menit berlalu kami hanya habiskan untuk ciuman panjang ini. Saya menyentuh dan meraba muka Pak Rudi mencoba merasakan dan ingin menikmati benar-benar wajah tampan itu, benar-benar lembut dan mulus saya merasakan bekas cukur yang mulai agak kasar namun itu merupakan kenikmatan tersendiri yang membuat semuanya terasa lebih kunikmati.
Kemudian Pak Rudi sambil terus menciumku mulai memidahkan tangan kirinya yang tadinya memeluku dengan erat kedaerah sekitar perutku kebawah menarik sedikit kaosku ke atas dan memasukan tangannya mulai meraba perut dan dadaku, rasanya sensasi yang luar biasa, beberapa saat kemudian saya merasakan tangannya mulai menyentuh penisku dan beberapa saat kemudian sudah mengegamnya dan memijitnya dari luar celana pendek berbahan kaos yang kukenankan, penisku beraksi dengan sangat luar biasa untuk hal ini. Saya merasakan penisku sudah benar-benar tegang dan sangat mengeliat-geliat dalam gegaman tangan orang yang benar-benar kuharapkan untuk melakukan hal seperti ini denganku untuk pertama kalinya.
Namun kami tetap saja menikmati ciuman panjang ini sambil tanganku juga mulai meraba dada Pak Rudi, dan mulai turun kebawah mengegam penis Pak Rudi yang juga sangat tegang, saya benar-benar menikmati benda tersebut ditanganku, tangan Pak Rudi mulai menyusup dibalik celana dan celana dalamku dan meyentuh langsung benda itu, beberapa saat dia mengenggamnya namun beberapa saat kemudian dia menghentikan ciuman itu dan membantu saya mengeluarkan celana dan baju yang kukenakan dan melakukan hal yang sama pada dirinya.
Kini kami berdua benar-benar telanjang, kembali pada posisi kami semula kami kembali berciuman dan saya meraba dada Pak Rudi yang bidang dan ditumbuhi bulu-bulu halus, benar-benar sesuatu yang indah, namun kemudian Pak Rudi bangkit dan pindah ke atas menindih tubuhku dan saya merasakan penis kami yang sudah sama-sama tegang tertekuk ke atas dan terjepit diantara tubu-tuBH kami, Pak Rudi kembali menciumiku kali ini tidak hanya dimulut namun dia menciumi seluruh bagian tumbuhku saat mencium pipi kiriku saya mendengar Pak Rudi berbisik.
“Kamu menikmati ini khan sayang?” tanpa menjawabnya saya langsung mendesah menikmati sentuhan lidahnya pada telingaku.
“Saya memperhatikanmu sejak hari kedatanganmu ke kantor dan berharaf untuk bisa bersamamu,” bisiknya ditelingaku.
“I love you sayang” kalimat yang kemudian kudengar.
“I love you too, sayang” jawabku dengan sangat bahagia mendengar ucapan-ucapan itu sambil terus menikmati semua yang terjadi ini. Berat tubuh Pak Rudi yang lebih berat beberapa kilo dibandingkan beratku sendiri dan sedang menindihku ini benar-benar terasa sesuatu yang kunikmati.
Tangan Pak Rudi menyusup diantara celah tubuh kami dan memegang penisku sambil ciumannya pada tubuhku bergerak keleherku dan kemudian kedadaku dan kemudian dia bangkit dan berjongkok diantara kedua kakiku sambil mengenggam penisku dan kemudian memasukan penis itu kemulutnya, mengulumnya dan “oohh..” kata yang keluar dari mulutku untuk sensasi lidahnya pada penisku. Dia terus mengulumnya dan mempermaikan lidahnya pada ujung penisku, beberapa saat dia pindah kebuah zakarku menjilatnya, measukan kemulutnya dan mengulumnya kemudian kembali lagi pada penisku, dan benar-benar luar biasa.
Sekitar 10 menit dia melakukan itu sepertinya dia juga benar-benar menikmati penisku ini, dan beberapa saat kemudian saya berusaha menghentikannya karena rasanya sudah ingin keluar namun dia tetap tidak mau berhenti dan akhirnya.
Crot.. Crot.. Crot..
Denyutan penisku beberapa kali itu juga menghatarkaku pada gerbang kenikmatan yang luar biasa dan menyeburkan mani itu ke dalam mulutnya, dia belum berhenti juga dengan penisku masih mengulumnya dan dia menelan habis semua cairan yang dimuntahkan penisku ke dalam mulutnya.
Beberapa saat kemudian saya hanya terbaring kaku dan masih menikmati keadaan luar biasa yang barusan kualami dan tidak meperdulikan Pak Rudi yang masih sibuk dengan penisku. Saya terlelap beberapa menit mungkin dan saat tersadar Pak Rudi sudah kembali memelukku dan menciumku, saya menolehkan wajahku padanya dan tersenyum.
“I love you, Sayang,” kembali saya mendengar kalimat itu dari mulut Pak Rudi.
“I love you too, sayang,” balasku sambil mencoba memeluknya dan mencium bibirnya.
Kami kembali dengan ciuman itu dan membuat penisku kembali tegang perlahan juga saya merasakan penis Pak Rudi juga sudah menegang kembali yang mungkin agak dingin saat saya tertidur tadi, sambil terus berciuman saya menggegam penis Pak Rudi dan dia juga melakukan hal yang sama terhadap penisku, tanpa menghentikan ciuman kami dan tidak melepaskan genggaman tanganku dari penis yang terasa sangat indah dalam genggamanku itu saya mengatur posisi agar bisa berada diatas dan menindih Pak Rudi.
Kemudian saya mulai melakukan hal yang sama seperti yang dilakukanya tadi padaku, saya terpaku mencium lehernya cukup lama sambil terus menggenggam dan mengocok penisnya yang kelihatannya dia sangat menikmatinya. Beberapa kali dia mejauhkan tanganku dari penisnya karena dia tidak mau keluar terlalu cepat, dan saya menurut saja. Saya semakin kebawah dan mengambil posisi yang sama saat tadi dia mengulum penisku, saya mengulum penis itu, nikmat sekali merasakan penis yang benar-benar tegang berada dimulutku, beberapa kali saya merasakan bahwa ada sesuatu yang agak asin yang keluar dari penis ini sepertinya mani, yang juga kunikmati.
Sekitar 10 menit saya melakukan hal itu pada penisnya tiba-tiba dia menariku dan memintaku berhenti dan membimbingku untuk berbaring disampingnya. Dia menciumku dan memegangi tanganku berusaha menjauhkannya dari penisnya. Kemudian memegang dan mengocok penisku yang kini sudah kembail sudah sangat tegang.
“Tunggu sebentar ya.. Sayang,” bisiknya ditelingaku sambil bangkit dari tempat tidur berjalan kemeja rias mengambil sebotol hand body lotion disana, saya tetap berbaring menunggunya dan menikmati tubuh telanjangnya dengan penis tegangnya yang sedang mengacung. Dia kembali ketempat tidur dan menciumku kembali sambil tangannya kembali dengan ganas menggenggam dan mengocok penisku. Kemudian dia mengoleskan lotion yang sangat banyak pada penisku kemudian membelakangiku dan mengarahkan penisku yang berukuran sekitar 18 cm itu kedaerah analnya, rasanya sulit sekali masuk namun dia terus berusaha mengarahkan penis itu dengan tangannya.
“Dorong dikit sayang” ucapnya, kemudian saya mendorong penisku masuk dan akhirnya masuk juga.
“Pelan-pelan sayang” ucapnya lagi.
Saya mendorong penisku masuk sambil memeluknya dan menciumi punggungnya, rasanya saya mulai benar-benar nikmat dengan hal ini, daerah analnya yang sangat ketat memijit dan memberikan tekanan yang luar biasa pada penisku yang walapun belum seluruhnya masuk.
“Berhenti dulu sayang, jangan digerakan dulu,” ucapnya saat saya berusaha mendorong benda pusakaku untuk masuk lebih ke dalam lagi.
Beberapa saat saya melihat dia diam dan memejamkan mata berusaha mengadaptasi benda yang sedang berada di dalam tubuhnya ini. Beberapa menit kemudian saya kembali berusaha mendorong masuk sebagian penisku yang belum masuk dan sepertinya dia sudah mulai menikmati hal ini, dengan melihat dia mulai mendesah menikmatinya saya berhenti sejenak dan memeluknya dengan erat dan mencium punggung dan belakang lehernya menoleh kebelakang berusaha membalas ciuman saya itu kami berciuman kembali dan sepertinya kali ini lidahnya sangat liar dalam mulutku. Mungkin karena dia sudah sangat menikmati benda pusakaku yang sudah hampir tertanam sepenuhnya ke dalam tubuhnya.
Sambil kami berciuman tanganku juga sibuk mengocok penisnya. Kembali beberapa kali dia berusaha menghentikaku karena takut keluar terlalu cepat. Beberapa menit berlalu sambil terus menikmati ciuman basah kami tanpa diperintah saya mulai menggerakkan penis saya untuk maju mundur, dan dia semakin luar biasa saja dengan ciuman itu, lidahnya semakin ke dalam berkelana disemua bagian rongga mulutku, saya terus memaju mundurkan penisku dan terus saya lakukan dan dia sangat menikmati hal tersebut. Kami menghentikan ciuman dan berkonsentrasi untuk menikmati kegiatan keluar masuk penisku ini, dan dia juga sangat menikmati ini, wow.. Saya belum pernah merasakan kenikmatan berhubungan sex seperti ini, dalam benakku.
Saya mulai memikirkan bahwa berhubungan dengan laki-laki jauh lebih menyenangkan dengan wanita. Saya terus memaju mundurkan penisku dan semakin kupercepat dan Pak Rudi semakin mendesah menikmati ini semua hanya deshan nafas kenikmatan yang bisa saya dengar dari mulut Pak Rudi sekarang, sambil saya terus mengocok penisnya dengan tangan kananku.
“Keluarkan sekarang, sayang!”
“Saya juga sudah mau keluar,” ucap Pak Rudi sambil terus mendesah menikmati kegiatan kami.
Pak Rudi mengangkat tangan kanannya dan mendorong kepala saya agak kedepan dibawah tangannya itu, kemudian kami berciuman kembali dan tangan saya tetap mengocok penisnya ciuman yang benar-benar panas, dan saya terus memaju mundurkan penisku di dalam tubuh Pak Rudi kadang-kadang saya menyetakkan sangat dalam dan Pak Rudi menikmati setakan tersebut. Tiba-tiba Pak Rudi melepaskan pautan bibirnya pada bibirku dan melenguh panjang.
“Wow.. Wow.. Hah.. Hah..!”
Dan saya merasakan tubuhnya menyentak mengejang berapa kali dan bersamaan dengan geliat penisnya yang saya genggam sambil menyemprotkan cairannya ke seperai. Saya melihat Pak Rudi memejamkan mata dengan lemas masih menikmati orgasmenya. Sebenarnya saat itu saya juga mau merasakan orgasme didalam tubuh Pak Rudi, namun sepertinya Pak Rudi sudah sangat lelah, saya menghetikan penis saya yang masih tertanam di dalam tubuh Pak Rudi sambil memeluknya dengan rasa sangat bahagia karena bisa membuatnya orgasme seperti tadi. Pak Rudi berbalik dan berusaha menciumku saya sambut dengan bibirku.
“Terima kasih, Sayang,” ucapnya kemudian menciumku lagi dan kembali membelakangiku, sepertinya dia cukup kelelahan.
Saya masih memegangi penis Pak Rudi yang berangsur mulai melemas dan tangan saya dipenuhi cairan putih kental itu, sambil terus memeluk Pak Rudi dan penisku masih tertanam didalam tubuh Pak Rudi saya menjilat tangan saya merasakan cairan kental itu rasanya asin dan enak, saya menjilat taganku sampai bersih menelan habis cairan itu. Saya menarik penisku dari tubuh Pak Rudi yang sepertinya sudah tertidur kelelahan dan saya bergeser agak ke atas sehingga bisa mencium pundaknya, lehernya, pipi dan rambutnya kemudian saya tertidur disampinya sambil terus memeluknya menciumi tubuhnya dan menikmati aroma parfum yang sudah membaur dengan aroma tubuh maskulin Pak Rudi.
Saya tidak tahu sudah jam berapa tapi mungkin sudah hampir pagi, mungkin sekitar jam 3 atau 4 tapi saya tertidur saja dengan sangat bahagia dengan semua hal yang kualami hari itu dengan Pak Rudi. Berharap hari-hari kedepan akan lebih indah.
Jam 10 Pagi saya terbangun dan Pak Rudi sudah tidak di sampingku lagi, saya terbangun dan mencari celana dalam dan celana pendek yang kukenakan tadi malam. Saya memakainya kemudian ketoilet mencoba cuci muka dan melap mukaku dengan handuk, kemudian berjalan keluar. Saya langsung ke dapur karena mendengar suara dari sana, rupanya Pak Rudi sedang memasak sesuatu.
“Sudah Bangun, Sayang,” ucapnya dengan senyuman yang semakin membuatnya tambah manis.
Dia menghentikan kegiatannya dan berjalan ke arahku, dia sudah mandi dan mengenakan kaos serta mengenakan celana jeans. Kami berpelukan dan berciuman mencoba saling mengamati wajah masing-masing, saya mencium Pak Rudi di bibir kemudian mencium sedikit di belakang lehernya. Postur Pak Rudi lebih pendek dariku, sekitar 168 dan saya 172.
“Saya mandi dulu ya! sayang!” ucapku sambil melepaskan pelukan kami.
Pak Rudi menciumku dan saya pergi ke kamar untuk mandi. Selesai mandi saya lihat di tempat tidur sudah ada pakaian ganti dan juga sebuah CD putih, saya memakainya dan kami makan sambil nonton TV. Setelah itu saya pamitan untuk pulang dulu karena takut orang dirumah khawatir. Walaupun semalam saya sudah SMS bahwa saya tidak akan pulang tapi tidak pulang lama begini rasanya tidak enak juga. Saya ganti pakaian seperti pakaian kantor yang saya kenakan kemarin dan pamitan untuk pulang tapi ciuman yang harusnya ciuman perpisahan itu malah menjadi ciuman indah yang berlanjut ke making love yang lebih seru dari tadi malam.
saat akan pergi sambil berdiri kami berpelukan dan berciuman karena tapi dia malah membuatku semakin hanyut dengan ciuman basah itu. Saya mencoba menyentuh daerah sekitar depan penisnya yang kelihatannya menonjol namun sepertinya benda didalamnya sudah sangat tegang dan dia melakukan hal yang sama padaku sambil tidak melepaskan pautan bibir kami sampai akhrinya membuat kami melepas semua pakaian yang kami kenakan dan melakukannya lagi diruang tamu. Kami memulai dengan posisi berdiri kali ini sepertinya dia ingin cepat-cepat dimasuki dia memberikan pelicin pada Pada Pusakaku yang mengacung itu dengan lotion kemudian membelakangiku dan mengarahkanya untuk masuk ke daerah analnya.
Saya mendorongnya dengan pelan karena dia masih merasa sakit kemudian saat dia sepertinya mulai menikmatinya saya memaju mundurkannya dan mehentakan beberapa kali saya agak kesulitan dan tidak terlalu nyaman dengan posisi ini karena saya agak lebih tinggi darinya namun tetap saja nikmat dan membuatku sangat bahagia dengan bisa melihatnya mendesah kenikmatan dengan posisi beridiri ini. Dia bertumpuh dengan kedua tangannya kedinding, dan kadang-kadang saat saya menghentakkan terlalu kuat ke dalam sepertinya dia agak terangkat ke atas tapi dia menikmatinya, sesaat dia berbalik kebelakang dan kami berciuman.
Sepuluh menit dengan posisi itu kami ganti posisi dia berbaring di sofa dan saya berlutut di lantai mengangkat kedua kakinya ke atas dan meletakannya di diantara pinggangku, luar biasa saya melihatnya dia sangat seksi dengan posisi ini sehingga semakin membakar nafsuku untuk terus memaju mundurkan penisku, dan saya bisa melihat wajah dengan senyum dan desahan kenikmatan membuatku semakin bernafsu, dan kadang-kadang kami dengan mudah bisa berciuman dan saling melumat lidah dan bibir masing-masing.
Desahannya semakin kuat dan keras saya semakin mepercepat maju mundur penis saya saya lihat dia memejamkan mata menikmati hal ini dan terus mengocok penisnya sendiri.
“Saya sudah mau keluar, sayang,” ucapku.
“Keluar sekarang aja sayang”
“Saya juga sudah mau”
Akhirnya saya menyemprotkan cairan saya didalam tubuhnya dan dia terus saja menikmati hal ini dan terus mengocok penisnya. Saya menikmati beberapa saat orgasme saya namun kemudian menggerakan kembali penis saya yang memang belum lemas untuk membantunya mencapai orgasme. Beberapa saat kemudian saya melihatnya kejang dan penisnya memutahkan cairan itu diatas perutnya, dia memejamkan matanya saya memeluknya dan menciumnya kembali.
“I love you, Sayang” ucapku dekat kupingnya sambil kemabali menciumi pipinya.
“I love you juga sayang” balasnya.
Kami membersihkan diri, di kamar mandi, mandi bersama-sama sambil kadang saling berciuman dan berpelukan. Rasanya benar-benar hal yang sangat indah Kemudian saya pamit pulang dulu kerumah dan berciuman, kali ini memang ciuman untuk perpisahan.
Saya pulang kerumah dan tidur sampai akhirnya saya terbangun dengan bunyi HP-ku.
“Halo,” ucapku.
“Halo sayang, lagi ngapain?” ucap yang kudengar ditelpon yang langsung membuatku bersemangat karena suara itu adalah suara Pak Rudi nomornya belum tersave di HP ku jadi tadi tidak kukenal.
“Baru bangun tidur,” jawabku saya tidak mengatakan sayang karena khawatir ada orang disekelilingku yang mungkin dengar.
“Lagi dimana?” tanyaku.
“Dirumah aja ko sayang!”
“Eh.. Nanti malam kita nonton yuk, ada film bagus tuh di TO” ajaknya.
“Jam berapa?” tanyaku.
“Yang midnight aja, lebih seru tuh.”
“Ok,” jawabku.
“Saya jemput jam 7 ya, kita jalan-jalan dulu!” ucapnya lagi.
“Nanti saya mau Ke Gramedia cari buku, ketemu disana saja.”
“OK, Gramedia Mall Ratu Indah?” mencoba memastikan.
“Yup, jam 7 saya sudah disana ko!” jawabku.
“OK deh sayang, I love you!” ucapnya.
“Iya,” dan saya tutup telepon saya masih takut bilang sayang lewat telepon gitu, takut ada yang perhatiin dirumah.
Malam itu kami nonton sampai dini hari selama dibioskop kami terus berpegangan tangan dan rasanya sangat indah, seandainya memungkinkan mungkin kami bisa lebih seperti yang kami lakukan dalam perjalan pulang kerumah saling berciuman dan saling memegang penis masing-masing. Kami tiba Jam 3 Pagi dirumah, saat masih digarasi saja celana dan pakaian kami sudah kusut dan awut-awatun dan kami langsung masuk rumah melanjutkan hal tersebut. Benar-benar suatu kenikmatan dan anugrah yang luar biasa. Bisa bersama dan melakukan hal ini dengan orang yang saya cintai.
Hubungan kami berjalan lancar dan sangat indah apalagi saya kemudian direkrut bekerja di Bank tersebut sehingga dengan mudah kami bisa selalu bersama, kami saling mencintai dan berkomitmen untuk bersama dan saling menjaga. Di kantor kami selalu bersikap biasa-bias, berhati-hati dan berusaha untuk tidak membuat orang curiga apalagi sampai ketahuan. Kami mengusahakan meminimalkan intesitas pertemuan kami, dan walaupun saat pertama diterima sebagai karyawan di bank itu saya menjadi bawahan Pak Rudi tapi saya mengajukan permohonan pindah ke bagian lain dengan alasan devisi tersebut bisa membuat saya lebih berkembang, padahal alasan saya mau pindah karena saya tidak bisa bekerja jika selalu berdekatan dengan orang yang sangat kucintai tersebut. Rasanya yang ada dipikiranku hanya ingin memeluknya saja.
Kami berusaha berlaku seolah-olah kami kawan karib saja pada hal kami lebih dari itu, terutama saat makan siang di kantin saya harus benar-benar pintar jaga sikap demikian juga dia, tapi ini sudah komtimen kami, dan saya benar-benar menikmati hal ini dan tidak menyesal lagi bahwa saya tertarik dan menyukai pada sejenisku. Namun sayangnya itu hanya berlangsung kurang dari setahun karena Pak Rudi harus dipindahkan ke kantor pusat dia diminta masuk devisi Analis Produk. Dan itu merupakan peningkatan karir yang besar baginya dan tidak mungkin saya menahannya apalagi ini untuk kebaikan dia. Pernah dia mengatakan niatnya untuk mengajukan permohonan ke kantor pusat agar tetap disini, tapi saya melarangnya, karena hal seperti itu sangat tidak wajar dan tidak etis untuk dilakukan di sebuah perusahaan dan memang harusnya saya dan dia belajar mengorbankan sesuatu dalam hidup ini untuk sesuatu yang saya harap akan lebih baik nantinya bagi kami berdua dan kalau memang cinta kami ditakdirkan untuk bisa kembali bersama mungkin nanti kami bisa bersama kembali.
Perpisahan kami memang sangat berat, merupakan hal terberat yang pernah saya alami dalam hidup dan saya yakin baginya juga pasti sangat berat. Awalnya saya tidak yakin mampu berpisah dengannya namun saya tidak pernah menunjukkan hal itu padanya karena saya ingin dia mendapatkan posisi itu, saya berusaha untuk tegar dengan perpisahan kami tapi akhirnya sekarang mungkin kalau kamu sempat membaca tulisan ini. Saya merelakan kamu pergi karena kamu berhak dan harus mendapatkan yang lebih baik, hari itu sama sekali saya tidak bergembira dengan kepergianmu tapi saya pura-pura saja bersemangat, mengemasi barang-barangmu, mengantarmu ke bandara, tapi malam itu saya tidak tidur, dan tidak masuk kantor selama 2 hari. Saya tidak ingin membuatmu terlalu sedih karena saya yakin jika kamu juga sangat berat meninggalkan semua itu dan kemungkinan kamu akan nekat untuk memilih tetap disini, sekarang saya sudah lebih baik dan saya selalu mencintaimu. Saya yakin kamu sekarang bisa menerima alasan mengapa saya kelihatannya sangat biasa-biasa dan tenang dengan kepergianmu hari itu.
Terima kasih untuk hal indah kau bawa dalam hidupku ini, I wish we could be together again later, someday later, the day that I am always sure will be come. I always love you, always longing to hold you. ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Dan kuharap ini tak berakhir.
TAMAT